Sayaang ...
Begitu aku panggil kamu di awal musim ini.
Marilah kita, ya, kita, itu berarti hanya kau & aku,
bersama2 melepas tahun 2010 dengan membakar
semua peristiwa yang telah berlalu yang hanya
menjadi masa lalu dengan nyala kembang api yang
menghiasi langit kita.
Hadirmu telah cipta sebuah cerita.
Ya, cerita penuh tawa ceria yg kini sentuh tirai jendela
hati dan hapus rajutan2 hari gulita.
Sibaklah mendung yg bergelayut. Hadirlah langit biru
tak berawan. Dan nuansapun kembali hadir tuk tak
kembali usik cerita lama.
Akupun tak tahu, harus mulai darimana aku kepakkan
tiap hurufku ini, apakah harus dari ujung rinduku ?
Sementara rinduku padamu tak pernah berujung.
Jemari ini seolah terpasung beku, seperti keluh lidahku
yang tak mampu lagi berdansa dengan kata.
Sayaang,
Catatlah satu bait saja sejarah tentang kita. Maka
dunia akan menunjukmu sebagai pelita hatiku. Tataplah
alunan waktu ketika pena kita sama-sama
menaburkan bulan di halaman cakrawala.
Semerbak oleh bunga rindu. Di bawah kerlip
gemintang. Terdampar dibalik ranjang mimpi. Di atas
pasir yang berkunang-kunang. Dan tenggelam hanyut
dalam
cinta dalam tenun kasih sayang kita.
Lalu,
kurasakan rengkuhan hangatmu dalam kegilaanku
akan pesonamu.
Ingin kusematkan kalimat yang mampu melukiskan
betapa indah pesonamu
Masih banyak waktu yah?
Iya,
Ternyata Masih banyak juga serpihan kata berserakan
yang harus kurangkai menjadi lagu cinta kita
Tapi,
Lelah juga jariku berlompat-lompatan kesana-kemari,
mencoba menangkap kata2 dari angin rindumu yang
sesekali berbisik :
"Rindukan Aku Selalu"
Lalu diam2 kucoba untuk menerjemahkan nafas rindu
yang telah kau hembuskan.
Seperti bulan dan bintang yang menggantung di antara
alis mataku juga matamu.
Biasnya menelusupi jari2 kita yang sedari tadi saling
menggenggam.
Jariku semakin berapi2 untuk terus mengembara di
hamparan senyummu dan kusandarkan tubuhku di
balik dinding kalbumu
ahh ... !
Semoga kau merasakan hangatku.
Sejenak nafas terhenti, kupandang seluruh ruang di
sekitarku yang terprosa, terdengar lantunan melodi
cinta, tenggelam di lautan kasih kita, tergenggam
sepucuk asa dalam belahan kalbu, dalam bait2 klasik
tentang cinta kita.
Biarkan saja, hanya kau dan aku, ya, kita.
Gurat2 rindumu selalu bersemayam, berharap rindu kita
kan tetap terpatri ...
"Ssstsstt ... !
"Diamlah sejenak !
"
"Kau dengar itu??"
Baru saja, beberapa detik yang lalu. Iya, suara itu,
suara alam pun turut meng"Amini" doa kita
Sayang ...
Sebentar ya ..
Aku bikin kopi dulu, 5 menit dehhh, yah paling telat 10
menitan lahh. Seperti biasa, aku seduh secangkir kopi
hangat
"Kau mau??"
Andai kau di sini, mungkin kopi kita akan terasa lebih
manis dengan taburan senyummu.
Sungguh serasi, perpaduan secangkir kopi & harmoni
malam, serta manis senyum dari bibir pengeja doa
cinta
Tau enggak say?
Mungkin malam ini aku takkan berhenti merangkai
kata untukmu, meski bulan tak hadir indahkan langit
malam, tapi kuyakin esok embun kan tetap teteskan
senyumnya di ujung ilalang.
Kembali lagi yuk ehmmm
Kembali lagi kutatap langit, siapa tahu kau muncul
tersenyum, muncul dari balik sepotong awan putih
Anganku pun melayang
Mendekatlah sayang,
Agar ku tak salah mengartikan bahasamu.
Genggam jemariku, bantulah aku untuk mencipta
sebuah nada lagu yang hanya kau & aku yang tahu,
lalu kita berdansa, menari di pucuk rindu, kau menari,
aku bernyanyi.
Jangan kau tengelam terpekur dalam kepedihan
Jangan kau kerucutkan manismu
terbujur beku dalam kesendirian
Aku peluk sayang ...
Sentuhlah selendang pelangi kita dengan deru
senyummu yang mengembang
Sayap2 kan selalu bertengger untuk mengiringi
perjalanan asa kita.
Sayaang ...
Mataku lelah
Maaf aku mengeluh, maukah kau daratkan segelitir
tawamu di telinga kiriku, tuk cairkan lagi otakku yang
beku?
Ingin kuakhiri tulisan ini,
tapi ....
"Apa coba?
"Apa ?
"hmmmm :D
"Itu ...
"
o_O?
Ingin sekali kulihat lagi lentik bulu matamu, bibirmu dan
rambutmu yang kau biarkan jatuh berderai di
keningmu
Terimalah hatiku wahai permata, simpan gelisahku
yang semakin gelisah
Aku masih menanti matahari dalam linang kabut pagi,
Sampai kapankah kita harus menanti?
"Saat musim berganti"
"Itu kataku kan?"
"Tentu itu kataku
"
Dan jangan pernah berubah,
meski detik demi detik kesunyian saling berkejaran
Sesaat rebahku menggundahkan tengadah
Nafasku mulai habis mengembang regang dan kempis.
Adalah hari ini yang juga tak peduli terlumat sepi.
Berpunuk rindu dalam genggaman malam
Kepada retina di bola matamu
Aku sungguh menikmati cintamu
dan pasti kutunggu.
Dalam bentang luas teorimu
Aku tahu, kau dekap aku di bawah langitmu, milikimu
sang damai di hatiku
Terindah tak hilang
Tersaput tak lekang
Takkan pudar diiris waktu
Janganlah kau buraikan bacaan bayangan ini dalam
indah cinta kita lewat lukisan tangismu
Pada bahasa yang paling dalam, sampaikan pesanku ini
untuk hatimu
Doa dan senyummu kan selalu abadi dalam taman hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar